Cara Bersikap Dan Menilai Objektif



Masih bingung untuk bersikap objektif?

Pada dasarnya manusia itu baik, terlahir fitrah, diberi nama yang baik dan bagus, diajarkan kebaikan, dididik bersikap benar, dan ditumbuh kembangkan dengan sebaik-baiknya.

Dalam menjalani hidup pun manusia menuju kepada kemuliaan, ingin berbuat baik dan benar, ingin menegakan keadilan, ingin mencapai derajat takwa bahkan menjadi kekasih Allah, ingin membela agama dan negara, ingin hidup damai dan sejahtera, dan seterusnya-seterusnya.

Jadi jangan pernah menilai subjektif pada kedirian diri seseorang dan nama baiknya. Melainkan pada segi masalah yang menjadi objek kajiannya. Paham?

Yang salah bukan si A, tapi sikap dia yang berkarakter setan. Seperti itu contohnya. Begitu pula dalam menilai terhadap suatu kelompok, ormas, organisasi, dan lainnya. Bukan lembaganya, melainkan sikap prilaku oknum yang menjadi penumpang di dalamnya.

Dalam membuat skripsi, tesis, maupun desertasi, semisal meneliti dunia pendidikan, dilarang menjadikan siswa dan guru sebagai objek masalahnya, karena itu sudah subjektif. Melainkan yang dikaji adalah instrumen di luar itu, seperti motivasi, sistem, metoda, dan pengaruh-pengaruh intern maupun ekstern (di luar subjek) yang menjadi penyebab masalah. Hal itu yang dianalisis, dan diteliti dengan objektif.

Selama hidup Rasulullah SAW tidak pernah membenci Abu Jahal dan kafir quraisy. Yang Rasulullah SAW benci adalah sikap prilaku jahiliyahnya, di situlah peran Rasul sebagai pembawa risalah Islam, mengajak kepada kebenaran sejati dalam beriman dengan Tauhid Allah, dan bersikap santun dermawan penuh kasih sayang dalam berhubungan sosial. Maka jadilah Rasulullah SAW sebagai tokoh sentral pencerah dan rahmat bagi semesta alam.

Mau diapakan juga, dijebak berkali-kali, dihina dan dilempari kotoran pun, Rasulullah tidak pernah membenci pribadi (kemanuisaan) dari sosok Abu Jahal dan kafir quraisy. Melainkan sikap dan prilaku mereka lah yang harus diperbaiki, dengan terus-terusan dilakukan pencerahan tanpa henti tentang ajaran Islam yang benar. Sifat tabligh (menyampaikan), fathonah (cerdas) dan Amanah (dapat dipercaya) menjadi mutiara Rasulullah SAW yang dari kecil sudah lurus berisap Sidiq (jujur dan benar) dalam setiap situasi dan keadaan. Empat sifat wajib Rasul ini yang minimalnya harus kita praktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Bersikap objektif adalah sikap yang diteladankan Rasulullah kepada kita selaku umatnya. Beliau tetap meyakini, manusia itu baik, dan bisa dirubah, diperbaiki, diberikan masukan, dan seterusnya. Meski dosa-dosanya banyak sekalipun, tetap dimaafkan dan diampuni oleh Allah SWT. "Jangan marah, jangan marah, jangan marah!" pesan beliau.

Maka, nafsu dan bahaya laten dari luar seperti bisikan setan, gmerlap duniawi, dan keindahan hidup di zaman abu-abu ini, objek yang pantas diteliti. Termasuk sikap dan prilaku premanisme, gibah, fitnah, ujaran kebencian, saling menistakan, membully, dan membunuh karakter, adalah objek-objek yang patut dikritisi, dianalisis, dan diperbaiki. Meskipun diri manusia itu pelakuknya, tapi sifat-sifat buruk itulah yang merusak dirinya. Bencilah keburukan dan sifat-sifat tercela, tapi jangan pernah membenci diri manusianya.

Semoga tercerahkan.

Dhani Sugesti
05/02/2017

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer